Menelusuri jejak freemason di Jakarta kuawali dari Museum Taman Prasasti. Ini merupakan pengalaman pertama kalinya aku mengunjungi taman pemakaman tertua di Batavia. Bahkan sepertinya aku belum pernah melewati area Museum Taman Prasasti sebelumnya, padahal lokasinya tak jauh dari Monas. Seperti ziarah pada umumnya, dari kunjungan ke sini aku belajar sejarah sekaligus mengingat kematian.
Sejarah Museum Taman Prasasti
Museum Prasasti adalah destinasi wisata sejarah yang berisi prasasti para tokoh dalam perkembangan kota Jakarta dari masa Batavia di abad ke 17. Museum ini awalnya merupakan sebuah area pemakaman umum yang bernama Kebon Jahe Kober dengan luas 5,5 hektar yang dibangun pada tahun 1795 untuk bisa menggantikan kuburan yang lainnya yang terletak di samping Gereja Nieuw Hollandsche Kerk, dan sekarang ini berubah nama menjadi Museum Wayang karena sudah penuh.
Di tanggal 9 Juli tahun 1977 (masa Gubernur Ali Sadikin), pemakaman Kebon Jahe Kober ini sendiri dijadikan sebagai sebuah museum. Jenazah di dalamnya dipindahkan, jadi yang tertinggal sekarang hanya nisan-nya saja.
Berburu Simbol Freemason di Museum Taman Prasasti
Sejak memasuki area lobby, nuansa freemansory itu sudah nampak jelas. Batu-batu nisan ini dulunya posisinya tertidur (kalau pernah nonton film Sherlock Holmes pasti paham). Nah di atas nisan batu ini banyak ukiran berupa kata-kata maupun simbol. Setiap simbol memiliki makna, yang paling umum dari freemansory adalah lambang berikut ini:
Arti lambang freemason mata satu
Ini lambang yang ikonik banget, mata satu sering diasosiasikan dengan freemansory. Ternyata artinya adalah bahwa hidup kita diawasi, dilihat, oleh (Tuhan mungkin ya, kalau bagiku hehehe). Simbol-simbol tersebut terdapat dalam nisan seorang bernama Lodewyk Schneider.

Arti lambang freemason jangka dan busur
Selain mata satu, ada logo ikonik lain yaitu jangka dan busur. Ternyata maknanya adalah agar hidup kita presisi, tidak banyak melenceng dari aturan.
Arti lambang freemason tengkorak dan jam pasir
Selain lambang tersebut, ada lambang tengkorak dan juga jam pasir serta ular menggigit ekor. Lambang jam pasir ini terdapat di nisan sebelah utara dekat pagar. Makam tersebut milik Nicolas Pascal yang meninggal tahun 1877. Jam pasir melambangkan waktu yang kekal di kehidupan manusia yang hanya sebentar. Selain itu, benda ini juga dianalogikan sebagai simbol antara atas dan bawah atau langit dan bumi. Untuk makam yang memiliki simbol tengkorak terdapat di tengah pemakaman. Simbol tersebut terdapat di makam J.H. Horst yang meninggal tahun 1849. Simbol ini merujuk pada sifat dunia yang sementara dan seruan kebangkitan spiritual serta intelektual.

Ada Makam Siapa Saja di Museum Taman Prasasti?
Selain simbol-simbol freemason yang membuat kita menjadi memikirkan banyak hal, belajar sejarah dari tokoh-tokoh penting orang yang dikuburkan di dalamnya juga seru. Ada siapa saja?
Pendiri STOVIA
Beliau ini merupakan seorang pendiri sebuah sekolah dokter pada masa Hindia Belanda yang terbilang sangat terkenal, yaitu School Tot Opleiding Ban Inlandsche Artsen, dan biasanya dikenal dengan STOVIA. STOVIA ini sendiri juga menjadi sebuah cikal bakal dari Fakultas kedokteran di Universitas Indonesia.
Peti Jenazah Soekarno dan Hatta
Ada bangunan semacam saung yang berisi 2 peti dalam kotak transparan. Peti jenazah tersebut dulunya digunakan untuk membawa jenazah Ir. Soekarno dan juga Drs. Mohammad Hatta.
Katedral Hijau
Nisan paling mencolok karena bentuknya seperti katedral dan berwarna hijau. Nisan ini dibuat untuk menghargai jasa Panglima Perang bernama JJ Pierrie yang dinilai sangat berjasa bagi pemerintah Belanda pada perang Jawa.

Kapiten Jas
Kata bapak juru kunci, satu-satunya jenazah yang belum dipindahkan dari makam ini adalah milik kapiten Jas. Alasannya karena katanya dulunya serem di bawah pohon besar. Kalau mau pakai logika sih, karena di bawah pohon besar maka akar-akar pohon sudah merangsek ke kuburan jadinya sulit buat buka makam hehehe.

Pieter Erberveld
Prasasti paling serem sih karena ada tengkoraknya ditombak gitu. Pieter Erberveld yang merupakan seorang keturunan dari Belanda-Siam dimana memiliki rencana untuk berontak serta melakukan makar di pemerintahan Hindia Belanda, dengan cara menggalang dukungan kaum pribumi.

Namun sayang, rencananya tersebut diketahui sehingga dirinya ditangkap kemudian dihukum mati dengan kedua tangan dan juga kakinya ditarik 4 ekor kuda (kalau nonton Pengabdi Setan 2 kebayang deh). Pada atas tembok tersebut dulunya ditancapkan penggalan dari kepala Pieter kemudian di dindingnya dipasang prasasti yang isinya intinya peringatan jangan main-main sama Belanda.
Olivia Mariamne Raffless
Makan istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffless ini bentuknya seperti mimbar, lebih tinggi dari makam di sekitarnya. Olivia meninggal karena malaria di usia 40an. Yang menarik, tepat di samping makam Olivia terdapat makam Leyden yang merupakan sahabat Raffles dan konon selingkuhan Olivia.

Soe Hok Gie
Makam orang Indonesia yang kukenal dan kukunjungi di sini cuma Soe Hok Gie, eh tapi kenapa bayanganya NicSap ya. Jadi Gie meninggal karena menghirup kawah beracun di gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya. Ketika tahun 77 pemakaman ini akan dijadikan museum, jenazah Soe Hok Gie dikremasi dan abunya ditaburkan di lembah Mandalawangi.

Kenapa Soe Hok Gie bisa dimakamkan di sini? Kayaknya aku harus ke sana lagi buat tanya ke juru kuncinya.
Baca: Wisata sejarah Pecinan Jakarta
J.H.R Kohler
Pahlawan perang Aceh bagi Belanda, dia mati karena kecerobohannya menyerang masjid Baiturrahman yangs edang ramai penduduk. Makanya di nisanya ada simbol ular menggigit ekornya sendiri. Pada tahun 1976 pemakaman ini digusur dan setelah 2 tahun terkatung-katung di Kedutaan Besar Belanda akhirnya mayat Köhler dimakamkan di Kerkhoff, Banda Aceh.

JLA Brandes
Nisan yang menurutku paling unik karena mirip candi. Ternyata ini adalah pemakaman seorang ahli sastra Jawa kuno yang terkenal berkat temuannya yakni manuskrip Kakawin Nagarakertagama di Puri Cakranegara Lombok tahun 1894.

Lokasi Museum Taman Prasasti
Alamat
Jl. Tanah Abang I no.1
Jakarta Pusat
Telp. 021-6902387
Jam Kunjungan
Selasa-Minggu 08.00-16.00
Hari besar dan hari senin tutup
Tiket
Dewasa Rp 5.000
Mahasiswa Rp 3.000
Pelajar Rp 2.000
Mencari Simbol Freemason di Luar Museum Taman Prasasti
Setelah dari museum Taman Prasasti, aku mengunjungi lokasi-lokasi lain yang memiliki simbol-simbol freemason di Jakarta. Aku akan ceritakan pada tulisan selanjutnya ya. Dari kunjungan ke Pemakaman Taman Prasasti yang sekarang sudah menjadi museum ini, aku belajar bahwa suatu hari aku juga akan terbaring seperti mereka. Freemason berbeda dengan iluminati maupun yahudi, meski beberapa simbol punya kesamaan. Orang-orang penting dari berbagai kalangan yang dimakamkan di sini menunjukan bahwa Freemason adalah semacam golden ticket di masa itu guna memperluas networking demi kehidupan yang lebih baik.

[…] Daendels ini merupakan cagar budaya Jakarta yang aku kunjungi dalam rangkaian mencari jejak simbol Freemason di Batavia. Terlalu sayang jika bangunan sebersejarah ini dibiarkan begitu saja, kita tunggu kejutan […]
[…] Baca selengkapnya: Mencari jejak simbol freemason […]