Suatu sore yang berangin dan lengang di gang Jelakeng, siapa sangka pada abad 18 tempat ini adalah pusat hiburan terbesar di Batavia. Dalam rangkaian walktour wisata sejarah Pecinan Jakarta di Pancoran, terrnyata salah satu destinasinya adalah Ji Lak Keng atau yang sekarang disebut Jelakeng. Merinding sih kalau bayangin tempat sesepi itu dulunya selalu hiruk pikuk di malam hari.
Arti Ji Lak Keng atau Jelakeng
Pada awalnya daerah ini menjadi lokasi perkumpulan silat orang Tionghoa bernama “delapan pendekar”. Selanjutnya kawasan diberi nama “Ji Lak Keng” dari bahasa Hokkian yang artinya “26 bangunan”, karena dahulu di sana terdapat 26 bangunan yang dijadikan tempat hiburan, menghisap madat (candu) dan prostitusi.

Kumpeni Butuh Hiburan
Mereka yang datang ke Indonesia entah itu dari bangsa Belanda maupun Tionghoa pada abad ke 18 kekurangan wanita dan hiburan. Ya karena tujuanya buat perang atau berbisnis, pastilah yang dinagkut kebanyakan pria-prianya saja. Pada akhirnya, kebutuhan akan tempat hiburan itu menjadi keniscayaan. Apalagi di masa itu praktik perbudakan dan pergundikan mulai dilarang.
Akhirnya tak jauh dari ibukota Batavia didirikanlah rumah judi. Tentu saja tak sembarang orang bisa menikmati fasilitas tersebut. Bangunan yang dijadikan lokasi berupa bangunan tingkat 2 dimana lantai bawah untuk mengonsumsi madat/opium dan lantai atas untuk prostitusi. Opium di masa itu masih legal ya, jadi mungkin seperti rokok tembakau kalau di masa kini.

Tempat Hiburan Terbesar
Kalau sekarang, tempat hiburan terbesar di Jakarta dimana ya? heheh aku kurang paham sih, tapi Jelakeng seterkenal itu loh. Bayangin, kompleks bangunan 1km itu gede lo. Jilakeng merupakan kawasan hiburan terbesar dan sangat terkenal saat itu. Para wanita penghibur di sana sampai didatangkan dari negeri Tionghoa.
Dari dulu, kawasan Tambora sini merupakan kawasan orang Tionghoa. Chinatown kan memang cuma di blok sebelah saja. Nah, yang menguasai Jelakeng ini bisnisman Tionghoa. Namun pelanggannya banyak juga orang Belanda. Intinya, kawasan ini sudha dikelola secara profesional sebagai tempat hiburan.

Jelakeng Kini
Ji Lak Keng atau Jelakeng kini hanyalah sebuah gang biasa di kawasan Jakarta Barat. Di depan gang merupakan jalan besar yang sellau ramai. Deretan 26 ruamh di sana telah berubah menjadi toko obat, toko kelontong, dan entah dimanfaatkan untuk apalagi. Tepat di muka gang dimana terdapat “skybridge” nampak kosong sih, dan tua. Aku tidak tahu tempat ini apakah menjadi cagar budaya atau dimiliki pribadi.

Salah satu bangunan yang masih mempertahankan gaya kuno terletak di ujung jalan tersebut. Bangunan itu tepat berada di sudut antara Jalan Perniagaan Barat dan Jalan Perniagaan Raya. Bangunan ini beberapa tahun lalu dipakai untuk menjual obat-obatan tradisional China. Nama toko obat tersebut masih terlihat jelas meski sudah ditimpa oleh cat. Sekarang bangunan tersebut dipakai untuk berjualan perlengkapan menjahit dan mesin jahit listrik.
Lokasi Gang Jelakeng
Kalau kamu pengen ke Jelakeng, lokasinya di Jalan Perniagaan Barat, Tambora, Jakarta Barat. Tidak jauh dari Petak 6 di Chandra, kawasan chinatown Glodok, serta stasiun kereta api Angke.
Sebagai panduan, kalau kamu dari stasiun Angke bisa naik ojek online dan turung di gang Jelakeng. Kalau mau jalan kaki dari Petak 6, agak lumayan ya apalagi kalau siang hari karena tempat ini jalan besar.
Anyway di gang Jelakeng ada bakmi yang katanya cukup ramai loh, namanya Bakmi Atu. Mungkin bisa sekalian eksplor kuliner juga, kalau aku waktu itu sudah sore jadi sudah sold out bakminya.
SELAMAT BERPETUALANG!
[…] di FKUI Salemba telah menjadi kawasan industri yang sangat besar. Cukup kaget ketika blusukan ke Ji Lak Keng aku baru tahu kalau ada masa dimana opium atau candu itu legal diproduksi dan dikonsumsi di Hindia […]