Setiap kali melewati kawasan Gondangdia dekat masjid Cut Meutia, aku bertanya-tanya dalam hati “ini bangunan apa sih, kok bagus, tapi mau mendekat rada serem juga”. Ternyata itu adalah Tugu Kunstkring Paleis yang sekarang difungsikan sebagai restoran. Kenapa bisa seindah itu bentuknya? Mari kita bahas, tapi janji ya jangan merinding lihat gambar-gambarnya hehehe.
Sejarah Gedung Bataviasche Kunstkring
Gedung Bataviasche Kunstkring yang adalah galeri seni terpandang di Hindia Belanda. Diresmikan pada 1914, Kunstkring diambil dari bahasa Belanda berarti lingkaran seni. Kunstkring dirancang dengan arsitektur unik beraroma Art Neuveau dengan lingkungan luas, terbuka, dan rindang. Di bagian atas terdapat balkon yang menhadap hamparan taman dan pertigaan jalan. Kalau kondisi sekarang sih, sebelah kanan ketambahan rel kereta. Indaaah banget deh.

Dulunya gedung ini jadi tempat kongkow para seniman, dan tentunya kaum elit. Lah siapa yang kepikiran ke galeri seni coba kalau kebutuhan sandang-pangan-papan masih kekurangan?
Selain berbagai pergelaran opera dan musik simfoni dari Eropa, yang paling dikenang publik adalah pameran lukisan karya maestro dunia semacam Pablo Picasso, dan Van Gogh.

Setelah kemerdekaan gedung ini digunakan Majelis Islam A’la Indonesia dan kemudian oleh Djawatan Imigrasi hingga 1997. Gedung cantik ini sempat kosong tidak difungsikan, lalu digunakan sebagai Budha Bar pada 2008, kemudian pada 2013 digunakan untuk Tugu Kunstkring Paleis.
Galeri Seni Kunstkring Paleis
Sejak menapaki teras Kunstkring Paleis, hati ini bergetar. Saat itu langit Jakarta sudah berwarna oranye menuju ke gelap. Dari area lobby nya saja sudah senyaman itu dan berasa di Hogwarts. Menengok ke area bar yang didominasi warna merah dengan ukiran dan hiasan penuh detail, aku membayangkan dulunya seniman-seniman yang bikin tuh sekeren apa.

Galeri seninya berada di lantai 2, tapi di area makan utama saja aku sudah merasa sangat takjub. Seakan aku diundang ke Hogwarts, aduh maklumlah orang ndeso belum pernah melihat restoran semegah ini dengan lukisan di segala sisi. Tentunya lukisannya bukan yang ala-ala beli di pinggir jalan ya heuheu.
Melewati tangga kayu, kiri kanan lukisan dengan wajah-wajah mengintimidasi. Jujur aku merasa biasa saja, mungkin kalau yang penakut baiknya didampingi. Ternyata lantai 2 tak kalah megah, meski hawa panas Jakarta menyelimuti ruangan itu.

Meja panjang, lukisan presiden, aneka pernak-pernik, menghipnotis. Aku semakin terbelalak ketika tiba di balkonnya yang membuatku berimajinasi di film-film Barbie atau Frozen.
Menu Restoran Kunstkring Paleis
Yang bikin was-was masuk ke tempat seindah ini adalah “menunya kayak apa ya? mahal nggak ya”. Eh ternyata Kunstkring Paleis tuh diningnya ada menu-menu warteg juga ahhahha. Bayangin loh ada oseng genjer, gado-gado, aneka sambal, kerupuk udang hingga es selendang mayang. Kalau mau menu kelondo-londoan juga ada pastinya ada dong, yang terbaik sih aku saranin menikmati afternoon tea di sini.
Sesuai dengan sejarahnya yang kaya, The Tugu Kunstkring Paleis menampilkan berbagai menu mulai dari masakan Barat, cita rasa Asia Tenggara, dan masakan asli Indonesia. Restoran ini juga memiliki sudut kue dan kopi, di samping bar dengan koleksi anggur berkualitas yang sangat banyak.



Aku memesan Cwie Mie Malang, rasanya otentik seperti cwie mie Malang yang biasa kubeli.


Lokasi

Lokasinya strategis banget, kayak yang siapapun lewat bakal nengok gitu loh. Patikannya bisa masjid cut meutia, stasiun gondangdia, atau kediaman ibu Mega heheh.
Jalan Teuku Umar No.1 RW.1 Gondangdia Kecamatan Menteng Phone/WA 0812-82400-860, Jl. Teuku Umar No.1, RW.1, Gondangdia, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat.
[…] Bangunan Kunstkring ini didirikan pada 1914 sebagai markas Lingkaran Seni Rupa Hindia Belanda sebagai tempat berkumpulnya seniman, penulis, dan intelektual, dan menjadi tuan rumah banyak acara budaya penting. […]