Masjid Cut Meutia ternyata memiliki sejarah panjang yang diawali dari gedung atau kantor real estate pada masa kolonial Belanda. Jika dilihat dari rel saat menaiki kereta api yang melintas di stasiun Gondangdia, atap masjid ini memang tak seperti masjid pada umumnya di Indonesia. Keunikan arsitektur, sejarah, maupun aspek budaya lainnya dari masjid ini layak banget buat dikulik.
Sejarah
Era Kolonial
Bangunan masjid Cut Meutia merupakan salah satu peninggalan sejarah dari zaman penjajahan kolonial Belanda. Bangunan ini dulunya sebuah kantor biro arsitektur dan pengembang bernama N.V. De Bouwploeg yang selesai dibangun tahun 1912. Maklum ya, wilayah Menteng sebagai kawasan elit orang Belanda jaman itu pastilah Marketing Gallery nya juga mewah.
Selain bentuk bangunannya bagus, lokasinya juga sangat strategis sehingga pada masa berikutnya bangunan ini pernah digunakan sebagai kantor pos, kantor Jawatan Kereta Api Belanda dan kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang.
Pasca Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, gedung ini pernah dipergunakan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Kantor Perusahaan Daerah Air Minum, Kantor Pos, dan kantor Dinas Perumahan Jakarta. Bahkan pernah menjadi kantor Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang dipimpin oleh Jenderal AH Nasution. Tak heran jika kita masuk kawasan masjid ada bangunan di samping bertuliskan “Aula AH Nasution”.
Menjadi Masjid
Saat gedung parlemen akhirnya dipindahkan ke kawasan Senayan, AH Nasution mengusulkan agar bangunan ini dijadikan masjid. Namun, tidak langsung seketika sekaligus. Prosesnya diawali dengan pembentukan remaja masjid pada tahun 1984.
Dinamakan Cut Meutia sebab lokasinya di jalan Cut Meutia, kawasan Menteng. Bagi aku pribadi, menamai masjid tidak harus dengan bahasa Arab. Masjid Cut Meutia, Masjid Sunda Kelapa, tak mengurangi kesyahduan dalam beribadah di dalamnya. Begitulah sejarah bangunan masjid Cut Meutia ini yang ternyata cukup panjang.
Siapa Cut Meutia?
Memangnya siapa sih Cut Meutia? Cut Meutia adalah pahlawan nasional dari Aceh dalam upaya penumpasan kolonialisme Belanda. Pada tanggal 24 Oktober 1910 di daerah Alue Kurieng, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Belanda dan pasukan yang dipimpin Cut Meutia. Dalam pertempuran ini Cut Meutia gugur.
Arsitektur
Karena sejak awal didirikan bukan diperuntukan sebagai masjid, maka tak aneh jika letak mimbar imam tidak pas di tengah bangunan. Bahkan arah shafnya tidak sejajar dengan bangunan.
Jauh dari nuansa Timur Tengah, masjid Cut Meutia memiliki empat kubah berbentuk bawang berukuran kecil yang di pasang di empat sudut atapnya yang berbentuk kubus. Jendela-jendela mengelilingi bangunan memang khas Kolonial banget kan? Langit-langitnya tinggi, membuat hawa sejuk dan syahdu kala berteduh siang hari di masjid ini.
Arsitek gedung ini bukan sembarang arsitek, dia adalah Pieter Adriaan Jacobus Moojen. Di tangan Moojen, banyak bangunan-bangunan dengan nilai artistik tinggi lahir. Salah satu bangunan yang digarapnya dan menjadi bangunan pertama di Menteng ialah Gedung N.V. De Bouwploeg.
Kuliner Sekitar Masjid Cut Meutia
Lokasi strategis dalam lalu linta keseharian warga ibukota membuat masjid Cut Meutia selalu ramai di waktu shalat tiba. Sejak dulu, kawasan ini sudah banyak penjaja makanan. Bubur ayam, sop buntut, sate, hingga aneka pencuci mulut bisa kita temukan di sekitaran masjid.
Lokasi Masjid Cut Meutia
Jalan Cut Meutia Nomor 1 Menteng Jakarta Pusat, dekat dengan stasiun Gondangdia.
[…] masjid Cut Meutia di Gondangdia merupakan bangunan bekas kantor era Hindia Belanda, masjid Istiqlal ini sejak awal […]
[…] kali melewati kawasan Gondangdia dekat masjid Cut Meutia, aku bertanya-tanya dalam hati “ini bangunan apa sih, kok bagus, tapi mau mendekat rada serem […]
[…] kali melewati kawasan Gondangdia dekat masjid Cut Meutia, aku bertanya-tanya dalam hati “ini bangunan apa sih, kok bagus, tapi mau mendekat rada serem […]