Masjid Nabawi Madinah berada tepat di hadapanku malam itu, menyambutku yang kelelahan usai penerbangan panjang. Mungkin egoku terlalu besar hingga tak setetespun air mata yang keluar. Inilah kisan kesan pertama hadir di masjid nabawi, dari aku si pemudi tersesat.
Seistimewa apa Masjid Nabawi?
Just in case kamu adalah sepertiku yang cuma tahu masjid Nabawi dari buku-buku sejarah Islam, dari gambar pada sajadah, dan foto pada kalender. Jadi, ini masjid istimewaaa banget.

Masjid Nabawi adalah rumah tempat bersemayam Rasulullah SAW yang juga menyimpan sejarah panjang perjuangan Islam. Pada tahun 622 M, menjadi titik awal pembangunan Masjid Nabawi. Ketika unta tunggangan Nabi berhenti di lahan milik anak yatim, beliau memilihnya sebagai lokasi masjid. Tanah pun dibeli, dan pembangunan dimulai.
Bahan bangunan awalnya sederhana, menggunakan batang pohon kurma untuk tiang dan pelepah kurma untuk atap. Luasnya hanya sekitar 50 x 50 meter, tapi dipenuhi semangat gotong royong para sahabat Nabi.
Masjid ini tak hanya berfungsi sebagai tempat shalat, tapi juga pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan pemerintahan. Di sini, umat Islam bersatu, belajar Al-Qur’an, bermusyawarah, dan membangun masyarakat Madinah yang berlandaskan tauhid.
Makam Rasulullah
Tangisku pecah justru pada malam berikutnya. Sebenarnya malam itu aku sudah lelah sekali sampai tertidur usai salat maghrib. Padahal ada schedule ke Raudhah yang dimulai dengan berkulpul pada jam 20.30 di lobby hotel. Alhamdulillah teman sekamar membangunkanku, yang tergopoh-gopoh salat Isya terlebih dahulu.

Rasululah SAW dimakamkan di dalam Masjid Nabawi, tepat di lokasi rumahnya dahulu. Makam ini diapit oleh makam Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, dua khalifah pertama.
Seiring waktu, perluasan masjid tak lagi mencakup area makam. Maka, dibangunlah Raudhah, area khusus untuk berdoa dan berdzikir di sekitar makam. Raudhah menjadi salah satu tempat yang paling dicari oleh para jamaah haji dan umroh. Aku sudah menceritakan tentang Raudhah di sini ya: Banjir air mata di Raudhah.
Salat dan Meeting
Yang takkan terlupakan dari momen umroh pertamaku ini di masjid Nabaw adalah, bahwasanya tempat ini menjadi lokasi dimana aku pasrah banget dengan projek yang sedang kujalani.

Perbedaan waktu dengan WIB adalah telat 4 jam di Madinah, jadilah salat subuh di Madinah adalah saat di Jakarta sedang on fire mulai kerja. Iya, aku sebenarnya sedang cuti dan itu adalah suasana akhir tahun. Aku adalah project leader atas sebuah project yang cukup besar dan harus selesai sebelum tahun ganti.
Awalnya aku mengira, project tersebut akan sudah selesai sebelum aku umroh. Manusia hanya berencana dan berusaha, Allah yang menentukan. Jadilah aku membawa ipad kemanapun termasuk saat ke masjid. Ada suatu hari dimana aku meeting saat adzan pertama di Nabawi (panggilan untuk tahajud). Usai meeting, aku lari-lari mengejar salat subuh. Usai subuhan, meeting pun berlanjut di teras masjid.

Aku masih ingat saat itu subuhan pertama di Nabawi, aku menunggu waktu adzan dengan berbalas email. Pun dengan subuhan terakhir di masjid Nabawi. Ya Allah, jika memang dengan cara ini Engkau membuatku lebih fokus ibadah tanpa mikir belanja, galau ga penting, aku ikhlas.
Jujur, aku menikmati sekali momen-momen di Madinah ini. Mungkin 1 kata yang menggambarkan adalah, FEELING GOOD.
Tempat Salat Favorit
Pintu andalanku untuk masuk masjid Nabawi adalah dari gate khusus wanita dan menuju Pintu Umar bin Khatab. Setelah melepas sepatu dan memasukannya ke tas, aku biasanya langsung berjalan lurus dan menuju shaf terdepan sebelah kiri. Alhamdulillah selalu ada ruang kosong di sana, tak se empet-empetan kalau di sebelah kanan.

Meski salat di pelataran masjid juga pahalanya sama, aku lebih memilih mencari shaf di dalam. Aku umroh di musim dingin, jadi kalau di luar anginnya berhembus kencang sekali. Tentunya jika kita ingin salat di dalam masjid Nabawi harus datang setidaknya 1 jam sebelum adzan.

Aku ingin membawa antusiasme salat seperti saat di nabawi kapanpun, dimanapun, aminnn. Aku ingat dulu waktu kecil, aku antusias banget kalau jamnya salat. Seiring bertambahnya usia, malah banyak lalainya. Astaghfirullah..
[…] Jadwal keberangkatan kami adalah usai salat dzuhur, suah berpakaian ihram karena akan mengambil miqot di bir ali. Paginya Madinah hujan, aku yang mager sambil packing merasakan ngantuk yang teramat sangat. Namun, moodku naik kembali setelah terkena sinar matahari di pelataran masjid Nabawi. […]