Pesona Jakarta bukan hanya gedung pencakar langit sebab ibukota memiliki destinasi wisata heritage yang belum banyak diketahui. Mari kita mulai dari kawasan sekitaran Weltevreden yang dahulu menjadi ibukota baru Batavia. Saat ini, Weltevreden merupakan wilayah yang kita kenal sebagai Gambir hingga Sawah Besar. Ada apa saja di sana?
Museum Taman Prasasti
Kita awali dari Museum Taman Prasasti, tempat yang dulunya merupakan taman pemakaman sejak abad ke-17 ini menyimpan banyak cerita. Banyak orang penting pada masa Hindia Belanda yang dimakamkan di sana. Karena ini museum, maka ada jam dan hari untuk berkunjung ya. Tempatnya sangat adem, sepoi-sepoi, saat aku kesana banyak juga orang yang menjadikanya lokasi hunting pemotretan model. Beda banget hawanya dengan kuburan pada umumnya.

Kalau kamu adalah rang yang tertarik dengan hal-hal berbau freemansory, maka tempat ini sangat cocok untuk memenuhi dahaga keingintahuan simbol-simbol organisasi rahasia tersebut secara langsung.
Jam Kunjungan
Selasa-Minggu 08.00-16.00
Hari besar dan hari senin tutup
Tiket
Dewasa Rp 5.000
Mahasiswa Rp 3.000
Pelajar Rp 2.000
Lokasi
Jl. Tanah Abang I no.1 (Dekat sekali dengan Monas)
Baca selengkapnya: Mencari jejak simbol freemason
Monas
Landmark ikonik bukan hanya Jakarta, namun juga Indonesia. Siapapun yang ke Jakarta tak lengkap kiranya kalau tidak mampir berfoto setidaknya di depan gerbang Monas. Kalau sabar mengantre bisa sekalian naik ke atas puncak Monas. Jujur, aku sendiri baru 1x ke puncak, itupun waktu study tour jaman SMP.
Diresmikan untuk umum pada tahun 1975 Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

Jika kita ingin belajar sejarah, bisa masuk ke dalam tugu monas. Di bagian bawah terdapat diorama-diorama peristiwa penting di Indonesia. Ketika aku SMP masuk kesana, aku suka banget sama ruangan gelap yang isinya naskah proklamasi. Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk theater. Ruangan ini menyimpan naskah asli proklamasi yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, dan bendera merah putih.
Gereja Immanuel
Meskipun bukan gereja tertua di Jakarta, gereja Immanuel menarik untuk dikunjungi sebab kemegahan arsitektur desainya yang khas abad 18 banget. Apa cirinya? pilar di teras yang jumlahnya selalu genap dan bentuk fasad bangunan yang benarbenar simetris.
Lokasi gereja Immanuel ini tepat di depan stasiun Gambir, cukup mencolok dengan warna putih dan bentuknya yang tinggi seperti Istana.

Gereja ini mulai dibangun tahun 1834 dengan mengikuti hasil rancangan J.H. Horst. Pada 24 Agustus 1835, batu pertama diletakkan. Semula, Gereja GPIB Immanuel hanya untuk para petinggi Hindia Belanda.
Gedung Pancasila
Tak jauh dari gereja Immanuel, aku berjalan kaki melewati trotoar yang rimbun. Meski tidak bisa masuk, kita bisa menikmati keanggunan Gedung Pancasila dari depan pagarnya. Tempat ini sangat bersejarah bagi Indonesia, sebab Di Gedung Pancasila pada 1 Juni 1945 Bung Karno berpidato Lahirnya Pancasila. Gedung Pancasila yang merupakan bagian dari Kementerian Luar Negeri menjadi saksi sejarah lahirnya Pancasila.
Sebelum diberi nama Gedung Pancasila, gedung ini bernama gedung Chuo Sangi In. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad atau gedung Perwakilan Rakyat.

Hampir seumuran dengan Gereja Immanuel, pembangunan gedung ini dilaksanakan kira-kira pada tahun 1830. Gedung tersebut awalnya dibangun sebagai rumah kediaman Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda di Hindia Belanda, yang juga merangkap sebagai Letnan Gubernur Jenderal.
Gedung Pancasila saat ini dimanfaatkan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan internasional seperti resepsi untuk menghormati kunjungan petinggi-petinggi asing ke Indonesia, penandatanganan perjanjian dengan negara lain dan organisasi internasional, pertemuan bilateral dan resepsi diplomatik dalam rangka menyambut kunjungan para menteri luar negeri negara sahabat serta jamuan makan resmi dan tidak resmi.
Istana Daendels
Melewati satu blok kompleks hotel Borobudur dari gedung Pancasila, kita akan sampai di kompleks perkantoran Kementerian Keuangan yang lokasinya di seberang lapangan Banteng. Paleis Van Daendels, bangunan putih megah menghadap lapangan luas yang membentang dari depan gedung hingga lapangan Banteng.

Daendels berinisiatif melakukan pengembangan daerah sebagai pusat pemerintahan baru. Dia memerintahkan penghancuran Kastil Batavia dan tembok kota lama untuk menyediakan batu bata untuk istana baru. Situs yang dipilih untuk gedung baru adalah Waterlooplein (Lapangan Banteng) di Weltevreden (Gambir dan sekitarnya).
Baca: Megahnya Istana Daendels
Gedung Kimia Farma
Beberapa langkah saja dari Istana Daendels, kita akan sampai di gedung setan. Namanya semenyeramkan itu, namun bangunannya cantik dan saat ini difungsikan sebagai gedung kantor pusat Kimia Farma.
Gedung yang terletak di Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat itu awalnya dibangun pada tahun 1848 sebagai tempat pertemuan anggota Freemason. Tempat perkumpulan ini disebut De Ster in het Oosten atau Bintang di Timur. Konon, upacara atau ritual-ritual di gedung ini jaman dulu sangat misterius. Di sana orang-orang ketika beribadah memakai jubah aneh seperti di dalam film horor.

Seiring dengan perjalanan sejarah, gedung ini pada tahun 1917 dipakai sebagai kantor N.V. Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur. karena adanya nasionalisasi usai kemerdekaan, di tahun 1958 pemerintah RI melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma hingga sekarang.
Wisata Heritage Jakarta Lainnya
Masih banyak lokasi wisata heritage lainnya yang belum aku tuliskan di sini. Misalnya mengenai kawasan Salemba yang sampai saat ini memiliki bangunan-bangunan megah. Tak lupa kawasan Menteng dengan gedung Bapenas, bekas bandara Kemayoran, dan yang tak boleh ketinggalan adalah Museum Nasional.