Women jungle survival course

Mengikuti Women Jungle Survival Course (WJSC) dari Eiger adalah hal sangat impulsif di tahun 2024 ini dan aku nggak menyesal sama sekali. Belajar survival bersama 70an perempuan lain di Gunung Cakrabuana sama sekali tak bisa aku bayangkan sebelumnya. Aku bukan pendaki, lalu buat apa?

Motivasi Awal

Saat aku mengetahui informasi adanya acara ini, aku masih belum terbayang sama sekali. Aku bukan dalam circle pendaki atau pecinta alam soalnya. Setelah menonton video-video pelaksanaan di tahun – tahun sebelumnya, aku semakin tertarik. Aku suka menjelajah tempat-tempat bersejarah, sepertinya belajar basic survival akan membuat penjelajahanku yang semakin menantang menjadi lebih asik.

Innnayah Women jungle survival course

Kelas Zoom dalam Badai

Sebelum link pendaftaran dibuka, para calon peserta diwajibkan mengikuti kelas zoom di hari sabtu dan minggu. Di hari sabtu yang ditentukan, kondisiku sedang turun dari sebuah tempat camping di Bandung. Eh.,,hujan badai dong. Akhirnya berhenti sebentar di teras In**maret untuk mengikuti kelas kang Ciko. Alhamdulillah masih kedapetan mengisi pre-tesnya. Saat hujan sudah agak reda, aku melanjutkan perjalanan ke stasiun Bandung dengan masih sambil zoom.

Diterima!

Dengan berbekal mengikuti kelas zoom, tes fisik lari 15 menit, dan hal-hal lain yang aku nggak tahu…alhamdulillah diterima. Kabar baik itu datang saat aku sedang kedinginan di Clermont Ferrand, Perancis. Tapi ternyata, meski aku lolos…belum automatis masuk jadi peserta. Harus daftar ulang dulu (yang ternyata cepet-cepetan,,hahaa). Masuk waiting list deh, tapi akhirnya resmi juga jadi peserta.

Kelas zoom untuk persiapan dilakukan sehari penuh, tak mengapa online sejak jam 3 pagi waktu Belgia. Termasuk juga zoom tetap aktif saat aku lari-larian dikejar orang mabok karena jam 6 pagi keliaran di tengah kota Brussels,,hhhaha. Itu kelas online yang fenomenal sih, karena sepanjang perjalanan berkereta dari Brussels…aku on terus (untung wifi kereta cukup stabil). Post test kulakukan di stasiun CENTRAL AMSTERDAM. Yak…persiapan WJSC kulakukan di kota ini.

Persiapan

Selama di Amsterdam, aku manfaatin waktu buat menikmati kota sekaligus latihan fisik dengan bersepeda. Soal peralatan yang ada dalam checklist maupun tambahanya, alhamdulillah dapat bantuan dari pelatih pribadiku. Setelah sampai di Indonesia, aku kembali lanjutkan latihan dengan lari pendek dan naik turun tangga apartemen.

WJSC Day 1

Sangat deg-deg an, ngga kebayang bakal bawa carrier 60liter naik kereta ekonomi ke tempat yang belum pernah kudatangi. Ternyata aku sekereta sama peserta juga dari arah Jabodetabek yang memilih Serayu. Kami sampai stasiun Cipeudeuy sekitar jam 1 pagi. Ngapain lagi kalau ngga tidur? Kami tidur berdempetan di musala stasiun. Lumayan sih jadi bisa kenal teman-teman sebelum registrasi.

Registrasi dilakukan di PLUT Tasik pada jam 8 pagi. Kami dari stasiun mencarter angkot rame-rame. Proses registrasi dan pembagian starterpack berupa: tas carrier 45l, kemeja, kaos, slayer, tumbler dan raincover lumayan lancar. Packing ulang dipandu para pendamping regu agar barang bawaan sesuai checklist panitia.

Jam 1 siang kami diangkut sengan angkot ke basecamp di kebun teh. Lumayan sih jalanya berliku dan mulai ngga ada sinyal. Sampai di batas desa harus trekking manjat dulu 10 menitan.

Upacara pembukaan berlangsung khidmat, setelah itu kami masuk ke tenda berkapasitas 6 orang yang lega. Tak berapa lama, kelas pertama dimulai. Sore itu, kami belajar mengenai dasar Survival. Malamnya, jujur saja sudah ngantuuuuk banget…eh pas deh materinya psikologi yang mana kami diminta berelaksasi rebahan di lapangan dengan gerimis kecil. Tentu saja aku tidur pulaaaas.

WJSC Day 2

Pagi yang cerah untuk belajar dan praktik Pertolongan Pertama Gawat Darurat. Kelompok aku kebagian tema Hipotermia, kelompok lain ada yang menangani patah tulang,..dsb.

Siang hingga sorenya kami fokus belajar navigasi darat serta orientasi medan. Ini penting banget, kami diajarin cara pakai kompas dan aplikasi Avenza. Jelang petang, ada kelas tali temali..sedangkan malam harinya adalah sharing session dari influencer Khanza dan Kang Bongkeng.

WJSC day 3

Kemeja cokelat yang aku kenakan ternyata bakal aku pakai terus sampai hari ke-6. Setelah pembagian bekal berupa beras, telur, mi, bumbu, tempe dan sayuran,..kami diberangkatkan ke hutan. Beberapa barang yang ngga kepakai boleh dititip untungnya.

Women jungle survival course 2024

Selama jalan ke hutan, kami terus melakukan tracking Gps untuk merekam perjalanan kami di peta. Tak lama berjalan, kami sampai di pos 1. Di sana kami belajar membuat api, menggunakan senjata tajam, dan membuat bivak. Ini sangaaat esensial dalam dunia survival.

Usai makan siang, kami berangkat kembali masuk ke hutan yang lebih rapat dan gelap. Sambil jalan, sambil nyari kayu bakar hahaha,,,pokoknya ribet tapi seru. Di bawah tanaman tepus yang tinggi-tinggi itulah ternyata campsite kami untuk 2 hari ke depan. Jam 4 sore kami diminta membuat bivak alam di lahan yang ngga rata dan masih rimbun. Whattt!

Singkat cerita, bivak alam pun jadi…hujan pun turun. Alhamdulillah bivak aku aman, seregu bisa tidur nyenyak. Lain cerita dengan bivak regu lain yang berkelahi dengan air dan angin. Peluit SOS bersahutan di tengah malam, diikuti suara minta tolong. Panitia dan para pelatih dengan sigap dan kebasahan membantu para peserta dengan segala cara termasuk menutupi bivak menggunakan flysheet. Itulah salah satu ‘WJSC moment’ yang tak terlupakan, saat melihat atap-atap bivak jadi kolam lele.

WJSC day 4

Hari itu kami mendapatkan materi botani, bagaimana mendapatkan bahan makanan dari alam. Juga materi bagaimana mendapatkan air dengan cara yang tak terduga (buat aku). Ternyata siang harinya, semua sisa bahan masakan yang kami bawa dari basecamp harus dikumpulkan. Jadi, kami benar-benar bertahan hidup dari tumbuh-tumbuhan di sekitar hutan.

Women jungle survival course 2024
Indomie pakis jamur lidah sapi yang sedaaap

WJSC day 5

Sudah mulai homesick, capek, bajupun bau apek. Alhamdulilah hari itu kami diminta membongkar bivak kami untuk bergerak ke campsite selanjutnya. Disana, kami mendapatkan materi tentang zoologi. Bagaimana membuat jerat, berburu, lalu mengolah binatang dari alam dalam kondisi survival.

Itulah pertama kalinya aku masak dan makan ular serta kelinci (Ngga apa-apa ya konteksnya buat belajar). Sop ular, ular suwir, kelinci goreng, hmmm. Untuk menginap mlam itu, kami harus membuat bivak solo dengan flysheet.

Bivak

WJSC day 6

Women jungle survival course 2024

Akhirnya,,hari ke-6. Saatnya berkemas dan kembali ke peradaban dengan sinyal tentunya. Upacara penutupan di basecamp sangat mengharukan. Berada di alam beberapa hari membuat kami dekat dan saling mengenal.

Women jungle survival course

Kesimpulanya, ikutan Women Jungle Survival Course 2024 bikin aku makin cinta Indonesia dan makin mengenal diri sendiri. Bahwa ternyata aku bisa survive dengan ketidaknyamanan yang nggak kubayangkan sebelumnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *